August 30, 2022No Comments

Tengok Tetangga: Filipina

Kejernihan yang Welas Asih
Film-film Mahasiswa Filipina Hari Ini
oleh Patrick Campos

Karya-karya pembuat film mahasiswa memberikan andil pada garis berkesinambungan dalam sejarah film Filipina, sembari mereka juga merekam retakan dan percabangan dari lintasan sejarah ini. Jumlah mereka banyak dan ada di mana-mana, dalam bentuk yang berani sepanjang wilayah kepulauan itu, tetapi tetap ada dalam tepian imajinasi massa. Menyadari paradoks ini, seseorang dapat memberikan apresiasi bagaimana film-film seperti ini merupakan benih yang berkembang dan dapat mengubah sinema dalam rentang waktu yang ada.

Meskipun mengalami pandemi, tahun lalu tidak terlalu berbeda kondisinya untuk pembuatan film mahasiswa, tidak menjadikan mereka kurang produktif ataupun membuat mereka kurang berani. Namun, seperti yang disaksikan oleh delapan film dari tahun 2021 dan 2022 dalam progam ini, keteguhan untuk menjadi sinema baru juga menjadi sebuah tantangan penuh harapan untuk membuat perubahan di masyarakat.

Dengan penuh dedikasi dan komitmen yang baik, film-film ini bereksperimen dengan berbagai ragam teknik dokumentasi, animasi, dan narasi serta beralih ke alegori, mitologi, dan ritual untuk menembus kebisingan dari disinformasi dan polarisasi yang fanatik, sehingga bisa mengungkapkan hal-hal yang paling penting.

Imaji bergerak mereka memang menjadi cerminan dari keresahan anak muda Filipina kontemporer. Namun, ini tidak hanya sekadar refleksi; dengan kejernihan yang welas asih dan keberanian yang mampu memperlihatkan kerentanan, mereka mengusulkan untuk menyusun ulang sejarah sebenarnya. Dengan mengungkap dan membentuk kembali imaji yang diterima dari generasi yang lebih tua–buram tapi lebih transparan–mereka merancang kembali dunia realitas mereka.

Walaupun para pembuat film mahasiswa ini perih dan sedih, mereka tidak kenal lelah. Sementara sejarah terdistorsi oleh struktur kekuasaan yang tanpa takut-takut mengeksploitasi sinema, para pembuat film ini memanfaatkan film sebagai mesin artistik dan politik untuk sebuah perubahan, memulihkan waktu yang hilang, menandai waktu yang berlalu, serta menanti hari esok.

Film-film ini tersedia sepanjang 1–3 September 2022 di platform daring Eventive. Klik tombol registrasi di bawah untuk mendaftar, lalu Anda akan mendapatkan email konfirmasi. Ikuti juga sesi diskusinya bersama programmer tamu Patrick Campos dan beberapa pembuat filmnya pada Kamis, 1 September pukul 18.30 WIB via ZOOM. Sesi tersebut akan dimoderatori oleh Gayatri Nadya.


RAMBUTAN
Shayla Perales & Mae Tanagon / 2021 / Animasi Eksperimental / 5:17

Buah-buahan tropis yang cerah menawarkan gambaran yang jelas tentang penyebaran virus, gejala-gejala pembusukan internal yang kemudian berubah menjadi penyakit jika tidak ditangani, bagaimana inokulasi bekerja, dan bagaimana pengobatan mungkin tampak mengancam kesembuhan. Sebuah animasi stop-motion Ketika rambutan menyadari kekuatannya, tarian sang alam, sebuah alegori untuk waktu kita di masa kini.

LUMALABAS (Going Out Inside)
Mico Tagulalac / 2022 / Eksperimental / 6:44

Memotret kecemasan ‘cabin fever’ (kecemasan terlalu lama dalam ruangan tertutup dan tidak pernah keluar) selama isolasi pandemic dan mengekspresikan keinginan bawaan kita terhadap kebebasan, film ini memproyeksikan bayangan yang menjelajahi alam bebas melalu foto-foto saat berada di dalam ruangan. Pada saat mobilitas dan keterbukaan dicitrakan secara negative oleh pemerintah yang tidak berguna, interaksi bayangan dengan layer memicu keraguan internal seseorang tentang realitas eksternal yang dia hadapi. Film ini bereksperimen dengan dua ruang, sekaligus mendokumentasikannya, ruang interior sesesorang dan eksterior sosialnya, untuk menghadirkan perjalanan rekoleksi dan rekoneksi dalam masa-masa sulit.

SI BIBOY KAG ANG SIGBIN SA SIUDAD (Biboy and the Sigbin in the City)
Hannah Britanico / 2022 / Animasi Naratif / 9:14

Dunia Biboy yang polos menjadi terbalik ketika ayahnya menghilang. Menurut ibunya, seekor sigbin–makhluk mitologi seperti kambing penghisap darah–menculik ayahnya, sehingga memaksa putranya yang masih kecil untuk mencarinya. Dalam misi penyelamatannya, ia bertemu dengan anak-anak lain yang anggota keluarganya juga diambil oleh sigbin. Terlepas dari bahaya yang ia temui, bocah itu bertahan sampai dia mengungkap identitas jahat makhluk tersebut sekaligus kengerian selama kepresidenan Duterte yang melanda kota pada malam hari.

RIVER OF TEARS AND RAGE
Maricon Montajes / 2021 / Dokumenter / 26:12

Aktivis Reina Mae Nasino sedang hamil sebulan ketika polisi Manila menangkapnya dengan tuduhan palsu. Dia bertahan di salah satu penjara paling ramai di dunia dan melahirkan Baby River Emmanuel saat dalam tahanan. Dengan pemerintah menolak perawatan bayi dari ibunya, Baby River meninggal pada usia tiga bulan. Film ini mengaktifkan kembali media sosial sebagai gudang dan ekspresi kemarahan dan perlawanan dan pemusnahan dari liputan Facebook Live kolektif film Kodao tentang kebangkitan dan penguburan Baby River. Di tengah pandemi, bayi yang mati menjadi simbol penindasan politik oleh rezim Duterte, yang dikecam di seluruh dunia karena kejahatan hak asasi manusianya.

HINDI KA MALAYA, MAHABA LANG ANG TANIKALA (You’re Not Free, The Chains Are Just Long)
Nic Garon & Lica Oreiro / 2021 / Dokumenter Eksperimental / 3:06

Menghimpun arsip perjalanan dan cuplikan berita yang ditemukan, film dokumenter ini menyandingkan bagaimana orang-orang berprivilese dan orang luar terlihat menjajakan Filipina yang sempurna seperti kartu pos, sementara kelas bawah dan orang-orang dari akar rumput mengalami realitas suram kekerasan sehari-hari. Montase gambar dari periode yang berbeda membangkitkan perasaan terjebak dalam lingkaran setan, negara kemudian menjadi korban itu sendiri atas pengulangan sejarah yang tak ada habisnya, serta keinginan untuk melepaskan diri dari sebuah rantai.

LINGKIS (Coiling)
Yvonne Salazar & Sita Valenzuela / 2021 / Dokumenter Eksperimental / 14:48

Dahulu kala, makhluk serupa ular Bakunawa–pemakan bulan dalam mitologi–yang dalam film melambangkan negara tirani dan politisi haus kekuasaan, meracuni masyarakat Filipina, merusak negara itu dengan pembunuhan yang tidak disengaja dan korupsi yang celaka. Seorang ibu menceritakan bagaimana orang-orang mengambil obor mereka dan memutuskan untuk melawan dan mengusir Bakunawa—tetapi memperingatkan bahwa monster itu dapat kembali dengan samaran yang berbeda. Dalam film dokumenter hibrida ini, kita mengikuti kisah dua aktivis: Tina Montiel, seorang aktivis Darurat Militer yang suaminya berjuang melawan kediktatoran Ferdinand Marcos Sr. dan ditangkap, serta Lean Porquia, seorang aktivis yang ayahnya terbunuh di tangan pemerintahan Duterte.

PANUBADTUBAD (The Sunrise Ritual)
Alexis Noelle Obedencio / 2022 / Dokumenter Animasi / 8:11

Lumad, atau Masyarakat Adat, telah lama menghadapi penindasan oleh kekuatan negara dalam kolusi dengan kapitalis predator, yang menggusur penduduk asli dengan militerisasi wilayah leluhur mereka, menutup sekolah-sekolah yang mengajar mereka–tidak hanya membaca tetapi juga untuk memperjuangkan tanah mereka, merampas sumber daya alam dan suci mereka, serta mengancam untuk memusnahkan mereka. Film ini berpusat pada seorang guru Katolik Manobo dari Surigao del Sur, yang mengingat malam tergelap dalam hidupnya di tangan brutal militer dan mengingat kenangan dan impian terindahnya untuk masa depan sekolah Lumad dan murid-muridnya, berjuang untuk membuat jalan mereka kembali ke rumah.

ANG MGA SISIW SA KAGUBATAN (The Chicks in the Forest)
Vahn Pascual / 2021 / Animasi Naratif / 4:06

Sebuah kisah anak-anak tentang sebuah kota yang dikepung oleh monster lapar yang tidak pernah puas dan seorang gadis kecil yang tidak akan takut lagi. Animasi pendek ini adalah pengingat bahwa ketika kita lupa sebagai anak-anak, kita gagal untuk mengingat sebagai orang dewasa. Namun ketika benih-benih muda pengingat ditanam, mereka dapat mengubah masa depan komunitas mereka.


Tentang Programmer Tamu

Patrick F. Campos adalah seorang akademisi film, programmer, dan associate professor di University of the Philippines Film Institute dan anggota NETPAC yang berasal dari Filipina. Penulis berbagai buku dan esai tentang sinema Filipina dan regional, ia menulis The End of National Cinema: Filipino Film at the Turn of the Century (2016), menulis Scenes Reclaimed (2020) bersama rekannya, dan menjadi editor serta kontributor untuk edisi-edisi khusus “Southeast Asian Horror Cinemas” untuk Plaridel, “The Politics of Religion in Southeast Asian Cinemas” untuk Situations, dan “Contemporary Philippine Cinema” untuk Art Archive.

Bersama dengan para akademisi sinema regional, ia mengorganisir Konferensi Asosiasi Sinema Asia Tenggara dua tahunan yang berkeliling, dimana dia mengkurasi Cinematic Counter-Cartographies. Ia telah membuat program, menjadi juri dan menjabat sebagai anggota panitia seleksi Guanajuato International Film Festival, Singapore International Film Festival, QCinema International Film Festival, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Cinema One Originals, Image Forum, Cinemalaya Independent Film Festival, Asian Film Archive, Minikino, SeaShorts, Cinema Rehiyon,

Saat ini ia menjadi editor Pelikula: A Journal of Philippine Cinema dan melakukan kuratorial TINGIN Southeast Asian Film Festival tahunan di Manila.

www.patrickcampos.com

August 30, 2022No Comments

Tengok Tetangga: Philippines

A Compassionate Lucidity
Student Films from Today’s Philippines
by Patrick Campos

Works by student filmmakers constitute a continuous line in Filipino film history while they also catalog the ruptures and forking trajectories of this history. They are copious and everywhere in daring forms in the archipelago and yet exist at the margins of mass imagination. Recognizing this paradox, one can appreciate how such films are seeds that bloom and transform cinema across a stretch of time.

Despite the pandemic, the past year has been no different, no less prolific, and certainly no less audacious for student filmmaking. However, as this program of eight films from 2021 and 2022 testifies, the stubbornly faithful act of calling into being a new cinema has also been a defiantly hopeful challenge to transform society itself.

From a very particular situation of untetheredness and commitment, the films experiment with varied techniques of documentation, animation, and narration and turn to allegory, mythology, and ritual to find a line that cuts through the noise of disinformation and rabid polarization and reveal what matters most urgently.

Their moving images hold up a mirror to the contemporary Filipino youth’s distress, yes. But they are no mere reflections; with the compassionate lucidity and vulnerable courage of the young, they propose to reconstitute the real of history. By unveiling and then reshaping images received from their elders, opaque but purporting to be transparent, they design to reshape their immediate world.

Though anguished and mournful, these student filmmakers, one quickly realizes, are not weary. While history is brazenly distorted by the power structure exploiting cinema, they utilize film outside the trite and tired as an artistic and political engine for change, recovering lost time, marking the passing of time, and biding time for tomorrow.

The films will be available to watch from 1–3 September 2022 via online platform Eventive. Click the button below to register, then you'll get a confirmation email. Also join the discussion session with the guest programmer Patrick Campos and some of the filmmakers on Thursday, September 1st at 6.30 pm (GMT +7) via ZOOM, moderated by Gayatri Nadya.


RAMBUTAN
Shayla Perales & Mae Tanagon / 2021 / Experimental Animation / RT: 5:17

Bright tropical fruits offer a vivid picture of how a virus spreads, symptoms of internal rotting spiral into disease when left unattended, inoculation works, and cures that may appear threatening heal. A stop-motion animation of when the rambutan realizes its power, the dance of nature, an allegory for our times.

LUMALABAS (Going Out Inside)
Mico Tagulalac / 2022 / Experimental / RT: 6:44

Capturing the anxiety of cabin fever during the pandemic lockdown and expressing our innate desire for freedom, the film projects a shadow exploring the outdoors via photographs while indoors. As images of mobility and openness are cast in a negative light by an inutile government, the shadow’s interaction with the screen triggers an internal doubt about external reality. The film experiments with and documents two spaces, one’s interior and social exteriors, to present a journey of recollection and reconnection amid difficult times.

SI BIBOY KAG ANG SIGBIN SA SIUDAD (Biboy and the Sigbin in the City)
Hannah Britanico / 2022 / Animated Narrative / RT: 9:14

Biboy’s innocent world turns upside down when his father disappears. According to his mother, a sigbin, a blood-sucking goat-like mythological creature, abducted his father, compelling his young son to search for him. In his rescue mission, he meets other kids whose family members were also taken by the sigbin. Despite the dangers, the boy perseveres until he uncovers the sinister identity of the creature and the horrors during Duterte’s presidency that engulf the city at night.

RIVER OF TEARS AND RAGE
Maricon Montajes / 2021 / Documentary / RT: 26:12

Activist Reina Mae Nasino was a month pregnant when Manila’s police arrested her on trumped-up charges. She endured in one of the world’s most crowded prisons and gave birth to Baby River Emmanuel while in detention. With the government denying the infant care from her mother, Baby River died at three months old. The film reactivates social media as a repository and expression of outrage and resistance and culls from the film collective Kodao’s Facebook Live coverage of Baby River’s wake and burial. Amid the pandemic, a dead infant becomes a symbol of political oppression by the Duterte regime, denounced worldwide for its human rights crimes.

HINDI KA MALAYA, MAHABA LANG ANG TANIKALA (You’re Not Free, The Chains Are Just Long)
Nic Garon & Lica Oreiro / 2021 / Experimental Documentary / RT: 3:06

Assembling archival travelogue and found news footage, this documentary juxtaposes how the privileged and the outsiders looking in peddle a postcard-perfect Philippines while the underclass and people from the grassroots experience the grim reality of everyday violence. The montage of images from different periods evokes the feeling of being trapped in a vicious cycle, the country itself a victim of endless historical repetition, and the desire to break free of one’s chains.

LINGKIS (Coiling)
Yvonne Salazar & Sita Valenzuela / 2021 / Experimental Documentary / RT: 14:48

Once upon a time, the mythological moon-eating Bakunawa, a serpent-like creature, which in the film symbolizes the tyrannous state and power-hungry politicians, poisoned Philippine society, ravaging the country with wanton killings and wretched corruption. A mother narrates how the people took their torches and decided to fight back and drive the Bakunawa away—but warns that the monster can return in different guises. In this hybrid documentary, we follow the stories of two activists: Tina Montiel, a Martial Law activist whose husband fought against the dictatorship of Ferdinand Marcos Sr. and was arrested, and Lean Porquia, an activist whose father was killed at the hands of the Duterte administration.

PANUBADTUBAD (The Sunrise Ritual)
Alexis Noelle Obedencio / 2022 / Animated Documentary / RT: 8:11

The Lumad, or Indigenous Peoples, have long faced oppression by state forces in collusion with predatory capitalists, who displace the natives by militarizing their ancestral domains, closing down the schools that teach them not only to read but to fight for their land, dispossessing them of their natural and sacred resources, and threatening to exterminate them. This animated documentary is centered on a Catholic Manobo teacher from Surigao del Sur, who remembers the darkest night of her life at the brutal hands of the military and recalls her fondest memories and dreams for the future of her Lumad school and her students, struggling to make their way back home.

ANG MGA SISIW SA KAGUBATAN (The Chicks in the Forest)
Vahn Pascual / 2021 / Animated Narrative / RT: 4:06

A children’s tale of a town under siege by a hungry monster who is never satisfied and a little chick who will no longer be cowed. This animated short is a reminder that when we forget as children, we fail to remember as adults. But when the young plant seeds of remembrance, they transform the future of their community.


About the Guest Programmer

Patrick F. Campos is a Filipino film scholar, programmer, and associate professor at the University of the Philippines Film Institute and a member of NETPAC. Author of books and essays on Philippine and regional cinemas, he wrote The End of National Cinema: Filipino Film at the Turn of the Century (2016), co-wrote Scenes Reclaimed (2020), and edited and contributed to the special issues “Southeast Asian Horror Cinemas” for Plaridel, “The Politics of Religion in Southeast Asian Cinemas” for Situations, and “Contemporary Philippine Cinema” for Art Archive.

Along with regional cinema scholars, he co-organizes the itinerant biennial Association of Southeast Asian Cinemas Conference, for which he curated Cinematic Counter-Cartographies. He has programmed, juried, or served as a selection committee member for Guanajuato International Film Festival, Singapore International Film Festival, QCinema International Film Festival, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Cinema One Originals, Image Forum, Cinemalaya Independent Film Festival, Asian Film Archive, Minikino, SeaShorts, Cinema Rehiyon, and Gawad Urian.

Currently, he edits Pelikula: A Journal of Philippine Cinema and curates the annual TINGIN Southeast Asian Film Festival in Manila.

www.patrickcampos.com

November 9, 2021No Comments

JAPANESE SILENT FILM – September 2021

Talk

The Golden Bulet/ogon no dangan with Noriko Tanaka (Hiroshi Innami, 1927, 79 minutes, 16fps)

The Q&A will be in Japanese with English, Japanese and Thai subtitles.
Recorded on 23 September 2021.

Noriko Tanaka: Born in Osaka, after working as a film festival programmer and film projectionist, Noriko Tanaka became the founding manager of Kobe Planet Film Archive in 2007. As well as programming for Planet's theater, she works as a member of the Kobe Film Archive Organizing Committee and runs the Kobe Discovery Film Festival. She is also involved in resident-participation style film archiving. From 2019, together with director Yoshio Yasui, she guided Planet to becoming a non-profit organisation to research, study and give access to the archival collection.

Benshi performer: Kumiko Omori is active in film festivals both inside and outside of Japan, as well as silent film screenings and variety theatres. In 2019 she performed at "The Art of the Benshi" held in Los Angeles, where she received a standing ovation. She also works as a media personality and a narrator. Her performance has a reputation for a wide range of characters from a middle aged man to a pure young girl.

Pianist: Haruka Amamiya As one of only a few silent film pianists in Japan, Haruka Amamiya, originally from and trained in Kobe where "The Golden Bullet" was shot, is actively taking part in film festivals and screenings. Her improvisation style is highly renowned for a wide range of genres from comedy to serious drama.

Tentang Noriko Tanaka: Lahir di Osaka, setelah bekerja sebagai programmer festival film dan projectionist, Noriko Tanaka menjadi manajer pendiri arsip film Kobe Planet pada 2007. Sembari membuat program untuk bioskop Kobe Planet, ia bekerja sebagai anggota Komite Pengelola Kobe Film Archive dan mengadakan Kobe Discovery Film Festival. Ia juga terlibat dalam pengarsipan film partisipatif warga. Dari 2019, bersama sutradara Yoshio Yasui, ia mengarahkan Kobe Planet menjadi organisasi non-profit untuk penelitian, kajian dan membuka akses pada koleksi arsip.

Benshi performer/storyteller: Kumiko Omori aktif di berbagi festival film di dalam dan di luar Jepang, juga dalam pemutaran film bisu dan variety theaters. Pada 2019, ia tampil di pertunjukan "The Art of the Benshi” di Los Angeles, AS, di mana ia mendapatkan tepuk tangan kehormatan (standing ovation). Ia juga bekerja sebagai di bidang media dan sebagai narator. Pertunjukan Kumiko dikenal karena karakternya yang sangat beragam, dari pria paruh baya sampai gadis kecil yang polos.

Pianis: Haruka Amamiya Haruka Amamiya adalah salah satu dari segelintir pianis film bisu yang berasal dari Kobe, tempat pengambilan gambar film "The Golden Bullet”. Ia aktif ambil bagian di berbagai festival film dan acara pemutaran. Gaya improvisasinya sangat dikenal karena mampu mengimbangi berbagai genre, dari komedi sampai drama serius.

Noriko Tanaka เกิดที่โอซาก้า หลังจากทำงานเป็นโปรแกรมเมอร์เทศกาลภาพยนตร์และผู้ฉายภาพยนตร์ เธอเป็นผู้ร่วมก่อตั้งหอภาพยนตร์ Kobe Planet ในปี 2550 เธอจัดโปรแกรมฉายภาพยนตร์ให้กับโรงภาพยนตร์ และยังสมาชิกของคณะกรรมการหอภาพยนตร์โกเบ และจัดงานเทศกาลภาพยนตร์ Kobe Discovery ในปี 2562 เธอและผู้อำนวยการ Yoshio Yasui ช่วยกันทำให้ หอภาพยนตร์ Kobe Planet เป็นหน่วยงานที่ไม่แสวงหากำไร สำหรับการค้นคว้า ศึกษา และ ให้บริการภาพยตร์ในกรุอนุรักษ์

ผู้แสดงเบนชิ (การพากย์ภาพยนตร์แบบญี่ปุ่น) : Kumiko Omori Kumiko Omori ได้เคยรับเชิญแสดงเบนชิในเทศกาลภาพยนตร์ทั้งในและนอกประเทศญี่ปุ่น รวมทั้งในการจัดฉายภาพยนตร์เงียบในโรงภาพยนตร์ต่างๆ ในปี 2562 เธอแสดงเบนชิที่งาน "The Art of Benshi" ที่เมืองลอส แอนเจอรีส ซึ่งเธอได้รับการปรบมือแสดงความชื่นชม เธอยังเป็นนักพากย์และผู้บรรยายรายการโทรทัศน์อีกด้วย การพากย์เสียงของเธอได้รับคำชื่นชมอย่างมากที่เธอสามารถให้เสียงตั้งแต่หนุ่มวักลางคนจนไปถึงสาวน้อยวัยสดใส

นักเปียโน: Haruka Amamiya Haruka Amamiya เป็นนักดนตรีประกอบภาพยนตร์เงียบไม่กี่คนในญี่ปุ่น เธอเกิดและได้รับการฝึกฝนจากเมืองโกเบ ซึ่งเป็นสถานที่ที่ ภาพยนตร์เรื่อง "The Golden Bullet" ถ่ายทำ เธอได้รับเชิญให้แสดงทั้งในเทศกาลภาพยนตร์ และ การจัดฉายภาพยนตร์เงียบตามที่ต่างๆ เธอสามารถแสดงดนตรีประกอบภาพยนตร์เงียบหลากหลายประเภทตั้งแต่ตลกไปจนถึงภาพยนตร์ชีวิต

田中範子:大阪出身。映画祭スタッフや映写技師等を経て、2007年の神戸映画資料館開館より支配人を務める。併設シアターの上映企画のほか、神戸映像アーカイブ実行委員会のとして、神戸発掘映画祭の実施や市民参加型のフィルムアーカイブ活動に取り組む。2019年に安井喜雄館長とともにNPO法人を立ち上げ所蔵資料の調査・活用を進めている。2019年に安井喜雄館長とともにNPO法人を立ち上げ所蔵資料の調査・活用を進めている。

活動写真弁士:大森くみこ
 国内外の映画祭、無声映画上映会、寄席等に出演。2019年にはロサンゼルスで行われた「The Art of the Benshi」にて活弁を行い、スタンディングオベーションの喝采を博す。TV・ラジオパーソナリティー、ナレーターとしても活躍。おじさんから可憐な少女まで幅広いキャラクターづくりが持ち味。

ピアニスト:天宮遥
 日本で希少なサイレント映画伴奏ピアニストとして、映画祭や上映会に出演。スクリーンの映像を見ながら作品を彩る即興演奏には定評があり、コメディーからシリアスな作品まで幅広く伴奏を手掛けている。「黄金の弾丸」の舞台、神戸出身。

November 9, 2021No Comments

THAI FILM CLASSIC – August 2021

Talk

Black Silk with Chalida Uabumrungjit (R.D. Pestonji, 1961, 119 minutes)

The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles.
Recorded on 1 August 2021.

Chalida Uabumrungjit is currently the Director of Thai Film Archive (Public Organization) and the Vice President of International Federation of Film Archives.

Chalida Uabumrungjit adalah Direktur Thai Film Archive (Public Organization) dan Wakil Presiden International Federation of Film Archives (FIAF).

หลังจบภาพยนตร์ทางออนไลน์ ร่วมพูดคุยกับ ชลิดา เอื้อบำรุงจิต (ผู้อำนวยการหอภาพยนตร์)

チャリダー・ウアバムルンジット タイ・フィルムアーカイブ(公共機構)のディレクター及び国際フィルムアーカイブ連盟(FIAF)副会長。

November 9, 2021No Comments

JAPANESE FILM CONTEMPORARY – July 2021

Talk

Double Layered Town / Making a Song to Replace Our Positions (Komori Haruka + Seo Natsumi, 2019, 79 minutes)

The Q&A will be in Japanese with English, Japanese and Thai subtitles.
Recorded on 22 July 2021.

Haruka Komori + Natsumi Seo has been working as an art unit composed of videographer Komori and painter/writer Seo. They started their collaboration in response to the Great East Japan Earthquake. In 2012, they moved to Rikuzentakata in Iwate prefecture and have been working with the theme of documenting the local people’s narratives, daily lives and scenery of the area. In 2015 they established the organization NOOK with others active in Tohoku, in order to hand over the memories and documentations through art expressions.

Haruka Komori + Natsumi Seo bekerja dalam kelompok kesenian yang terdiri dari juru video Komori dan pelukis/penulis Seo. Mereka mulai berkolaborasi menanggapi Gempa Besar Jepang Timur. Pada tahun 2012, mereka pindah ke Rikuzentakata di Prefektur Iwate dan bekerja dengan topik dokumentasi naratif penduduk setempat, keseharian dan pemandangannya. Pada tahun 2015, mereka mendirikan organisasi NOOK bersama pekerja lainnya di Tohoku untuk menyampaikan ingatan dan dokumentasi melalui ekspresi seni.

Komori Haruka และ Seo Natsumi ทำงานศิลปะร่วมกัน โดย Komori จะเป็นผู้บันทึกภาพเคลื่อนไหว ส่วน Seo จะเป็นนักวาด/นักเขียน ทั้งคู่ได้เริ่มร่วมงานครั้งแรกในโครงการศิลปะอันเนื่องมาจากการแผ่นดินไหวครั้งใญ่ทางภาคตะวันออกของญี่ปุ่น ในปี พ.ศ. 2555 พวกเขาย้ายไปอยู่ที่เมือง Rikuzentakata ในจังหวัด Iwate และเริ่มทำสารคดีบันทึกเรื่องเล่าของคนท้องถิ่น ชีวิตประจำวัน และภูมิทัศน์ของพื้นที่ ในปี 2558 พวกเขาร่วมกับกลุ่มศิลปินได้ก่อตั้งองค์กร NOOK ใน Tohoku เพื่อบันทึกความทรงจำ เรื่องราวต่างๆ ผ่านงานศิลปะ

トークゲスト:小森はるか+瀬尾夏美(『二重のまち/交代地のうたを編む』監督) 映像作家の小森はるかと画家で作家の瀬尾夏美によるアートユニット。2011年4月に、ボランティアとして東北沿岸地域を訪れたことをきっかけに活動を開始。翌 2012年、岩手県陸前高田に拠点を移し、人々の語り、暮らし、風景の記録をテーマに制作を続ける。2015年仙台にて、東北で活動する仲間とともに、記録を受け渡すための表現をつくる組織「一般社団法人 NOOK」を設立。

November 9, 2021No Comments

Indonesian Film Classic – June 2021

Talk

AFTER THE CURFEW with Intan Paramaditha (After the Curfew, Usmar Ismail, 1954)

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.
Recorded on 17 June 2021.

Intan Paramaditha is an Indonesian writer and lecturer in media and film studies at Macquarie University, Sydney. Her scholarly articles have appeared in journals such as Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, and Inter-Asia Cultural Studies. She is part of the Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC).

Intan Paramaditha adalah penulis dan pengajar studi media dan film asal Indonesia di Macquarie University, Sydney. Artikel ilmiahnya terbit di berbagai jurnal seperti Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, dan Inter-Asia Cultural Studies. Ia adalah bagian dari the Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC).

Intan Paramaditha เป้นนักเขียนชาวอินโดนีเซียและอาจารย์ด้านสื่อและภาพยนตร์ศึกษาที่มหาวิทยาลัย Macquarie ซิดนีย์ บทความวิชาการของเธอเคยตีพิมพ์ในวารสารชื่อดัง อย่าง Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, และ Inter-Asia Cultural Studies เธอยังเป็นสมาชิกของ Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC)

インタン・パラマディータ:シドニーのマッコーリー大学でメディアと映画の研究を行っており、「Visual Anthropology」、「Film Quarterly」、「Asian Cinema」、「Jump Cut」、「Social Identities」、「Inter-Asia Cultural Studies」などで執筆するほか、東南アジア映画協議会(ASEACC)の会員も務める。

September 23, 2021No Comments

Contemporary Thai Film – May 2021

Talk

MANTA RAY with Phuttiphong Aroonpheng (2018, fiction, 108 minutes)

The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles.
Recorded on 20 May 2021.

Phuttiphong Aroonpheng studied fine arts at Bangkok’s Silpakorn University. His short films have screened in festivals including Busan, Rotterdam, Hamburg and Singapore. His latest short, FERRIS WHEEL, screened in over 20 festivals and received 10 awards. He participated in 2009 Asian Film Academy at Busan, and was also selected one of Asian Public Intellectuals fellows by the Nippon Foundation. He also works extensively as cinematographer, with credits including VANISHING POINT (dir. Jakrawal Nilthamrong), THE ISLAND FUNERAL (dir. Pimpaka Towira) and DOLPHINS (dir. Waleed Al-Shehhi). MANTA RAY is his debut feature film.

Phuttiphong Aroonpheng belajar seni rupa di Universitas Silpakorn, Bangkok. Film-film pendeknya telah berkeliling ke berbagai festival seperti di Busan, Rotterdam, Hamburg dan Singapura. Film pendeknya yang terakhir, FERRIS WHEEL, diputar di lebih dari 20 festival dan memenangkan 10 penghargaan. Ia mengikuti Asian Film Academy 2009 di Busan, dan terpilih sebagai salah satu Asian Public Intellectuals Fellows Nippon Foundation. Ia juga banyak bekerja sebagai penata kamera, antara lain dalam karya VANISHING POINT (sutradara: Jakrawal Nilthamrong), THE ISLAND FUNERAL (sutradara Pimpaka Towira) dan DOLPHINS (sutradara Waleed Al-Shehhi). MANTA RAY adalah karya film panjang perdananya.

พุทธิพงษ์ อรุณเพ็ง จบการศึกษาจากคณะวิจิตรศิลป์ มหาวิทยาลัยศิลปากร ผลงานหนังสั้นของเขาได้รับการจัดฉายในหลายเทศกาลรวมถึง เทศกาลใหญ่ๆ อย่างบูซาน รอตเตอร์ดาม ฮัมบอว์ก และ สิงคโปร์ ภาพยนตร์สั้นล่าสุดของเขา ชิงช้าสวรรค์ (FERRIS WHEEL) จัดฉายในกว่า 20 เทศกาล และได้รับ 10 รางวัล เขาเข้าร่วมโครงการ Asian Film Academy ของบูซาน ในปี 2552 และได้รับทุนปัญญาชนสารธารณะแห่งเอเชีย โดยมูลนิธินิปปอน เขายังรับหน้าที่เป็นผู้กำกับภาพยนตร์ให้กับ ภาพยนตร์อย่าง VANISHING POINT (กำกับโดยจักรวาล นิลธำรงค์) มหาสมุทรและสุสาน (THE ISALAND FUNERAL) (กำกับโดยพิมพกา โตวิระ) และ DOLPHINS (กำกับโดย Waleed Al-Shehhi) กระเบนราหู เป็นผลงานภาพยนตร์ยาวเรื่องแรกของเขา

プッティポン・アルーンペン バンコクのシラパコーン大学で美術を学ぶ。監督した短篇映画は、釜山、ロッテルダム、ハンブルグ、シンガポールなどの映画祭で上映され、最新の短篇映画『観覧車(FERRIS WHEEL)』は20以上の映画祭で上映、数々の賞を受賞している。『マンタレイ』が初の長編監督作品。これまで、2009年の釜山国際映画祭で開催されたアジアン・フィルム・アカデミーに参加したほか、日本財団のアジア・フェローシップ(APIフェローシップ)に選出されている。撮影監督としても活躍しており、作品に『消失点( Vanishing Point)』 (ジャッカワーン・ニンタムロン監督)、『孤島の葬列(The Island Funeral)』(ピムパカー・トーウィラ監督)、『DOLPHINS 』(ワリード・アル・シェヒ監督)などがある。

September 4, 2021No Comments

KOLEKTIF ASIA – September 2021 Program

Japanese Silent Film
Virtual Cinema & Talk Series (23 September 2021) & Lecture (30 September 2021)

Pemutaran Daring & Temu Wicara
การจัดฉายภาพยนตร์ทางออนไลน์ และ การพูดคุยกับผู้กำกับ
オンライン上映&トーク

EVENT DATE/TIME

23 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan
23 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo
วันที่ 23 กันยายน 2564 เวลา 19.00 น. กรุงเทพ/จาการ์ตา l 21.00 น. โตเกียว/ญี่ปุ่น
2021年9月23日 日本時間21:00(バンコク/ジャカルタ19:00)

Films will be subtitled in local languages and accompanied by in-depth talk series with interpreters.

Virtual Film Screening & Talk Series, 23 September 2021

Suitable for audience 13 years of age and above
Untuk 13 tahun ke atas
เหมาะสมสำหรับผู้ชมอายุ 13 ปีขึ้นไป
※対象年齢:13歳以上

The Golden Bullet / Ogon no dangan (Hiroshi Innami, 1927, 79 minutes, 16fps) [Incomplete, tinted version] [Restored version]

Japanese with Indonesian, Thai and English subtitles
Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai
คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น.
日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)

Virtual Film Screening accompanied by benshi performer Kumiko Omori and pianist Haruka Amamiya, followed by a talk with Noriko Tanaka (Manager, Kobe Planet Film Archive)

Noriko Tanaka: Born in Osaka, after working as a film festival programmer and film projectionist, Noriko Tanaka became the founding manager of Kobe Planet Film Archive in 2007. As well as programming for Planet's theater, she works as a member of the Kobe Film Archive Organizing Committee and runs the Kobe Discovery Film Festival. She is also involved in resident-participation style film archiving. From 2019, together with director Yoshio Yasui, she guided Planet to becoming a non-profit organisation to research, study and give access to the archival collection.

Benshi performer: Kumiko Omori is active in film festivals both inside and outside of Japan, as well as silent film screenings and variety theatres. In 2019 she performed at "The Art of the Benshi" held in Los Angeles, where she received a standing ovation. She also works as a media personality and a narrator. Her performance has a reputation for a wide range of characters from a middle aged man to a pure young girl.

Pianist: Haruka Amamiya As one of only a few silent film pianists in Japan, Haruka Amamiya, originally from and trained in Kobe where "The Golden Bullet" was shot, is actively taking part in film festivals and screenings. Her improvisation style is highly renowned for a wide range of genres from comedy to serious drama.

Tentang Noriko Tanaka: Lahir di Osaka, setelah bekerja sebagai programmer festival film dan projectionist, Noriko Tanaka menjadi manajer pendiri arsip film Kobe Planet pada 2007. Sembari membuat program untuk bioskop Kobe Planet, ia bekerja sebagai anggota Komite Pengelola Kobe Film Archive dan mengadakan Kobe Discovery Film Festival. Ia juga terlibat dalam pengarsipan film partisipatif warga. Dari 2019, bersama sutradara Yoshio Yasui, ia mengarahkan Kobe Planet menjadi organisasi non-profit untuk penelitian, kajian dan membuka akses pada koleksi arsip.

Benshi performer/storyteller: Kumiko Omori aktif di berbagi festival film di dalam dan di luar Jepang, juga dalam pemutaran film bisu dan variety theaters. Pada 2019, ia tampil di pertunjukan "The Art of the Benshi” di Los Angeles, AS, di mana ia mendapatkan tepuk tangan kehormatan (standing ovation). Ia juga bekerja sebagai di bidang media dan sebagai narator. Pertunjukan Kumiko dikenal karena karakternya yang sangat beragam, dari pria paruh baya sampai gadis kecil yang polos.

Pianis: Haruka Amamiya Haruka Amamiya adalah salah satu dari segelintir pianis film bisu yang berasal dari Kobe, tempat pengambilan gambar film "The Golden Bullet”. Ia aktif ambil bagian di berbagai festival film dan acara pemutaran. Gaya improvisasinya sangat dikenal karena mampu mengimbangi berbagai genre, dari komedi sampai drama serius.

Noriko Tanaka เกิดที่โอซาก้า หลังจากทำงานเป็นโปรแกรมเมอร์เทศกาลภาพยนตร์และผู้ฉายภาพยนตร์ เธอเป็นผู้ร่วมก่อตั้งหอภาพยนตร์ Kobe Planet ในปี 2550 เธอจัดโปรแกรมฉายภาพยนตร์ให้กับโรงภาพยนตร์ และยังสมาชิกของคณะกรรมการหอภาพยนตร์โกเบ และจัดงานเทศกาลภาพยนตร์ Kobe Discovery ในปี 2562 เธอและผู้อำนวยการ Yoshio Yasui ช่วยกันทำให้ หอภาพยนตร์ Kobe Planet เป็นหน่วยงานที่ไม่แสวงหากำไร สำหรับการค้นคว้า ศึกษา และ ให้บริการภาพยตร์ในกรุอนุรักษ์

ผู้แสดงเบนชิ (การพากย์ภาพยนตร์แบบญี่ปุ่น) : Kumiko Omori Kumiko Omori ได้เคยรับเชิญแสดงเบนชิในเทศกาลภาพยนตร์ทั้งในและนอกประเทศญี่ปุ่น รวมทั้งในการจัดฉายภาพยนตร์เงียบในโรงภาพยนตร์ต่างๆ ในปี 2562 เธอแสดงเบนชิที่งาน "The Art of Benshi" ที่เมืองลอส แอนเจอรีส ซึ่งเธอได้รับการปรบมือแสดงความชื่นชม เธอยังเป็นนักพากย์และผู้บรรยายรายการโทรทัศน์อีกด้วย การพากย์เสียงของเธอได้รับคำชื่นชมอย่างมากที่เธอสามารถให้เสียงตั้งแต่หนุ่มวักลางคนจนไปถึงสาวน้อยวัยสดใส

นักเปียโน: Haruka Amamiya Haruka Amamiya เป็นนักดนตรีประกอบภาพยนตร์เงียบไม่กี่คนในญี่ปุ่น เธอเกิดและได้รับการฝึกฝนจากเมืองโกเบ ซึ่งเป็นสถานที่ที่ ภาพยนตร์เรื่อง "The Golden Bullet" ถ่ายทำ เธอได้รับเชิญให้แสดงทั้งในเทศกาลภาพยนตร์ และ การจัดฉายภาพยนตร์เงียบตามที่ต่างๆ เธอสามารถแสดงดนตรีประกอบภาพยนตร์เงียบหลากหลายประเภทตั้งแต่ตลกไปจนถึงภาพยนตร์ชีวิต

田中範子:大阪出身。映画祭スタッフや映写技師等を経て、2007年の神戸映画資料館開館より支配人を務める。併設シアターの上映企画のほか、神戸映像アーカイブ実行委員会のとして、神戸発掘映画祭の実施や市民参加型のフィルムアーカイブ活動に取り組む。2019年に安井喜雄館長とともにNPO法人を立ち上げ所蔵資料の調査・活用を進めている。2019年に安井喜雄館長とともにNPO法人を立ち上げ所蔵資料の調査・活用を進めている。

活動写真弁士:大森くみこ
 国内外の映画祭、無声映画上映会、寄席等に出演。2019年にはロサンゼルスで行われた「The Art of the Benshi」にて活弁を行い、スタンディングオベーションの喝采を博す。TV・ラジオパーソナリティー、ナレーターとしても活躍。おじさんから可憐な少女まで幅広いキャラクターづくりが持ち味。

ピアニスト:天宮遥
 日本で希少なサイレント映画伴奏ピアニストとして、映画祭や上映会に出演。スクリーンの映像を見ながら作品を彩る即興演奏には定評があり、コメディーからシリアスな作品まで幅広く伴奏を手掛けている。「黄金の弾丸」の舞台、神戸出身。

Japanese with Indonesian, Thai and English translations
Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai
คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น.
日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)

Accessible to audience based in all regions
Dapat diakses oleh peserta dari semua wilayah
การบรรยายเป็นภาษาอินโดนีเซีย และมีล่ามแปลภาษาอังกฤษ, ญี่ปุ่น และ ไทย เข้าชมได้โดยผู้ชมทุกพื้นที่
※レクチャーは国の制限なく、どこからでも参加可能です。


Online Lecture, 30 September 2021

[Lecture Japanese Silent Film] Benshi and the culture of live narration for visual arts in Asia by Ichiro Kataoka

30 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan
30 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan
วันที่ 30 กันยายน 2564 เวลา 19.00 น. กรุงเทพ/จาการ์ตา l 21.00 น. โตเกียว/ญี่ปุ่น
2021年9月30日 日本時間21:00(バンコク/ジャカルタ19:00)

(Film Bisu Jepang) ”Benshi and the culture of live narration for visual arts in Asia”, ceramah daring oleh benshi/katsuben performer/storyteller Ichiro Kataoka

การบรรยาย เรื่อง Benshi and the Culture of Live Narration for Visual Arts in Asia โดย Ichiro Kataoka

レクチャー:アジア文化における視覚芸術説明文化の考察

Ichiro Kataoka: Since becoming an apprentice of Sawato Midori in 2002, Kataoka has performed for about 350 titles in 18 different countries. He starred in "Spring Snow'' (2005) directed by Yukisada Isao and NHK's historical TV drama "Idaten" (2019). For "Katsuben!" (2019) directed by Masayuki Suo, which featured the silent cinema era in Japan, he not only played the role but trained other actors and provided historical background for accuracy. In 2020, he published a book "History of Katsuben". He has also discovered lost films such as "Chushingura" (1910) and "Our Pet" (1924).

Ichiro Kataoka Sejak menjadi murid Sawato Midori pada 2002, Kataoka sudah tampil mempertunjukkan 350 judul film di 18 negara. Ia membintangi ”Spring Snow” (2005) karya sutradara Yukisada Isao dan drama televisi NHK "Idaten" (2019). Untuk film "Katsuben!" (2019) karya sutradara Masayuki Suo yang menampilkan era film bisu di Jepang, ia tidak hanya memainkan peranan tapi juga melatih para aktor lain serta memberikan pengetahuan latar sejarah demi akurasi penggambaran dalam film inni. Pada 2020, ia menerbitkan buku "History of Katsuben”. Ia juga menemukan film-film yang dianggap sudah hilang, seperti "Chushingura" (1910) dan "Our Pet" (1924).

Ichiro Kataoka แสดงเบนชิ มาแล้วกว่า 350 เรื่อง ใน 18 ประเทศ ตั้งแต่เขาเริ่มต้นการฝึกการแสดงเบนชิกับ Sawato Midori ในปี 2545 เขาแสดงในภาพยนตร์เรื่อง "Spring Snow" (2548) กำกับโดย Yukisada Isao และ ละครโทรทัศน์ประวัติศาสตร์ของ NHK เรื่อง "Idaten" (2562) โดยในเรื่อง "Katsuben!" (2562) กำกับโดย Masayuki Suo ซึ่งนำเสนอยุคภาพยนตร์เงียบในญี่ปุ่น (2019) Ichiro ไม่ได้แค่แสดงเท่านั้น แต่ยังฝึกนักแสดงในเรื่อง และยังให้คำปรึกษาข้อเท็จจริงทางประวัติศาสตร์ ในปี 2563 เขาได้ตีพิมพ์หนังสือ "History of Katsuben" เขายังเป็นผู้ค้นพบภาพยนตร์ที่สูญหายอย่าง "Chushingura" (2453) และ "Our Pet" (2467)

片岡一郎:2002年に澤登翠に入門。総演目数は約350作品。18ヶ国で公演。行定勲『春の雪』や大河ドラマ『いだてん』に出演。周防正行『カツベン!』では出演、実技指導、時代考証を担当。2020年、活動写真弁士の歴史をまとめた『活動写真弁史』を刊行した。ロストフィルムの発掘にも尽力し『忠臣蔵』『Our Pet』などを発見した。

The lecture will be in Japanese with Indonesian, Thai and English translations
Ceramah berlangsung dalam bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai
การบรรยายจะเป็นภาษาญี่ปุ่น โดยมีการแปลเป็นอังกฤษ อินโดนีเซีย และ ไทย
上映後のトーク及びレクチャーは日本語で行い、インドネシア語、タイ語、英語の通訳が付きます。

Film Synopsis / Sinopsis / เรื่องย่อ / あらすじ

The Golden Bullet / Ogon no dangan

  • After the Great Kanto Earthquake of 1923, film studios newly built in Osaka and Kobe actively produced modern dramas with a fashionable urban style. Although very few films from that period have survived, "Golden Bullet'', a detective action film produced in the golden age of silent cinema by Toa Kinema Koyoen studio, is one of the rare exceptions. You can enjoy the scenery of Kobe at the end of the Taisho-era, such as the car chase in the old settlement and the final scene shot at the port. The original tinted nitrate film (the 5th reel of a total 7 reels is missing) was stored at Kobe Planet Film Archive and restored by NFC (now NFAJ) in 2003.
  • Setelah Gempa Besar Kanto tahun 1923, studio film yang baru dibangun di Osaka dan Kobe sangat aktif membuat drama modern dengan gaya urban yang sangat digemari. Film-film dari periode ini hanya sedikit sekali yang masih tersisa, dan sebuah film aksi detektif buatan Toa Kinema Koyoen di masa keemasan film bisu berjudul ”Golden Bullet” ini adalah perkecualian yang langka. Kita dapat menikmati pemandangan kota Kobe pada akhir era Taisho, seperti dalam adegan kejar-kejaran mobil di kota tua dan adegan penutup di pelabuhan. Kopi film antik dengan bahan nitrat dengan pewarnaan celup (tint) ini tidak lengkap, reel 5 dari keseluruhan 7 reel sudah hilang dan kini tersimpan di Kobe Planet Film Archive dan direstorasi oleh NFC (sekarang NFAJ) pada tahun 2003.
  • หลังจากแผ่นดินไหวครั้งใหญ่ในเมืองคันโตะ เมื่อปี 2566 สตูดิโอสร้างภาพยนตร์ถูกสร้างขึ้นมาใหม่ในโอซาก้าและโกเบ โดยเน้นการสร้างภาพยนตร์สมัยใหม่และเรื่องราวร่วมสมัย ถึงแม้ว่าจะมีเพียงภาพยนตร์ไม่กี่เรื่องในยุคนั้นที่อยู่รอด "Golden Bullet" ภาพยนตร์นักสืบที่ถูกสร้างในยุคทองของภาพยนตร์เงียบ โดยสตูดิโอ Toa Kinema Koyoen เป็นหนึ่งในภาพยนตร์ที่รอดมาถึงปัจจุบัน ผู้ชมจะได้เห็นเมืองโกเบในยุคท้ายๆ ของรัชสมัยไทโช อย่างในฉากรถไล่ล่าในเขตเมืองเก่า และฉากสุดท้ายที่ท่าเรือ ฟิล์มไนเตรทต้นฉบับ ที่ย้อมสีแล้ว (โดยม้วนที่ 5 จากทั้งหมด 7 ม้วน หายไป) ถูกเก็บอนุรักษ์ที่หอภาพยนตร์ Kobe Planet และได้รับการบูรณะจากศูนย์ภาพยนตร์แห่งชาติญี่ปุ่น ในปี 2546
  • 関東大震災以後、阪神間の各地に映画撮影所が生まれ、ハイカラな都市イメージを背景として現代劇が盛んに作られた。しかし当時のフィルムはほとんど残っていない。それだけに貴重な『黄金の弾丸』は、東亜キネマ甲陽園撮影所で製作されたサイレント黄金時代の探偵活劇であり、旧居留地跡でのカーチェイスや神戸港でのラストシーンなど大正末期の神戸の風景を堪能できる。神戸映画資料館所蔵の染色版(全7巻のうち第5巻が欠落)を国立近代美術館フィルムセンター(現国立映画アーカイブ)が2003年に復元。

August 12, 2021No Comments

KOLEKTIF ASIA – Talks & Lectures Directory

Kolektif Asia is a platform of mutual learning through film screenings and talk series with the audience in three countries (Indonesia, Japan and Thailand). This platform is realised through the use of internet-based virtual cinema and discussion space.

You can access all Kolektif Asia Talks and Lecture from April - November 2021 with English, Indonesian, Thai and Japanese subtitles.

Talk

INDONESIAN CONTEMPORARY SHORT with Lucky Kuswandi (The Fox Exploits the Tiger's Might, 2015)

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.

Recorded on 22 April 2021

Talk

CONTEMPORARY THAI FILM with Phuttiphong Aroonpheng (Manta Ray, 2018)

The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles.

Recorded on 20 May 2021

Talk

INDONESIAN FILM CLASSICS with Intan Paramaditha (After the Curfew, Usmar Ismail, 1954)

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.

Recorded on 17 June 2021

Talk

JAPANESE FILM CONTEMPORARY with Haruka Komori + Natsumi Seo (Double Layered Town, 2019)

The Q&A will be in Japanese with English, Indonesian and Thai subtitles.

Recorded on 22 July 2021

Talk

THAI FILM CLASSIC with Chalida Uabumrungjit (Black Silk, R.D. Pestonji, 1961)

The Q&A will be in Thai with English, Indonesian and Japanese subtitles.

Recorded on 1 August 2021

Talk

JAPANESE SILENT FILM with Noriko Tanaka (The Golden Bullet/Ogon no dangan, Hiroshi Innami, 1927)

The Q&A will be in Japanese with English, Indonesian and Thai subtitles.

Recorded on 23 September 2021

Lecture

Love and Sexuality:
A Contemporary View from Indonesia with FERDIANSYAH THAJIB

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.

Recorded on 29 April 2021

Lecture

Rohingya with Lalita Hanwong

The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles.

Recorded on 27 May 2021

Lecture

Trauma Among the Post-War Indonesian Youth with Elizabeth Kristi Poerwandari

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.

Recorded on 22 June 2021

Lecture

Image and Media - Archiving Disaster by Junko Takamori

The Q&A will be in Japanese with English, Indonesian and Thai subtitles.

Recorded on 29 July 2021

Lecture

"From "Thainess" to "International standard" by R.D. Pestonji" by Putthapong Cheamrattonyu

The Q&A will be in Thai with English, Indonesian and Japanese subtitles.

Recorded on 26 August 2021

Lecture

Benshi and the culture of live narration for visual arts in Asia by Ichiro Kataoka

The Q&A will be in Japanese with English, Indonesian and Thai subtitles.

Recorded on 30 September 2021

August 12, 2021No Comments

Indonesian Contemporary – April 2021 Program

Talk

INDONESIAN CONTEMPORARY SHORT with Lucky Kuswandi (The Fox Exploits the Tiger's Might, 2015)

The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.
Recorded on 22 April 2021.

He started his Indonesian filmmaking career in 2006. In 2010 he directed his first full-length film MADAME X. He is currently finishing his new film ALI & RATU RATU QUEENS, to be released in 2021.

Karirnya sebagai pembuat film profesional dimulai tahun 2006. Pada 2010 ia menyutradarai film panjang pertamanya MADAME X. Saat ini ia sedang menyelesaikan film barunya ALI & RATU RATU QUEENS yang akan beredar tahun 2021.

Lucky Kuswandi เริ่มอาชีพการสร้างภาพยนตร์อินโดนีเซียในปี 2549 ในปี 2553 เขากำกับภาพยนตร์เรื่องยาวเรื่องแรกเรื่อง MADAME X ขณะนี้ เขากำลังถ่ายภาพยนตร์เรื่องใหม่เรื่อง ALI & RATU RATU QUEENS ที่จะออกฉายปี 2564

ルッキー・クスワンディ2006年よりインドネシアで映画製作を開始。2010年に、初の長編作品『MADAME X』を監督。現在、2021年に公開予定の最新作『ALI & RATU RATU QUEENS』の完成に向けて製作中。