The Golden Bulet/ogon no dangan with Noriko Tanaka (Hiroshi Innami, 1927, 79 minutes, 16fps)
The Q&A will be in Japanese with English, Japanese and Thai subtitles. Recorded on 23 September 2021.
Noriko Tanaka: Born in Osaka, after working as a film festival programmer and film projectionist, Noriko Tanaka became the founding manager of Kobe Planet Film Archive in 2007. As well as programming for Planet's theater, she works as a member of the Kobe Film Archive Organizing Committee and runs the Kobe Discovery Film Festival. She is also involved in resident-participation style film archiving. From 2019, together with director Yoshio Yasui, she guided Planet to becoming a non-profit organisation to research, study and give access to the archival collection.
Benshi performer: Kumiko Omori is active in film festivals both inside and outside of Japan, as well as silent film screenings and variety theatres. In 2019 she performed at "The Art of the Benshi" held in Los Angeles, where she received a standing ovation. She also works as a media personality and a narrator. Her performance has a reputation for a wide range of characters from a middle aged man to a pure young girl.
Pianist: Haruka Amamiya As one of only a few silent film pianists in Japan, Haruka Amamiya, originally from and trained in Kobe where "The Golden Bullet" was shot, is actively taking part in film festivals and screenings. Her improvisation style is highly renowned for a wide range of genres from comedy to serious drama.
Tentang Noriko Tanaka: Lahir di Osaka, setelah bekerja sebagai programmer festival film dan projectionist, Noriko Tanaka menjadi manajer pendiri arsip film Kobe Planet pada 2007. Sembari membuat program untuk bioskop Kobe Planet, ia bekerja sebagai anggota Komite Pengelola Kobe Film Archive dan mengadakan Kobe Discovery Film Festival. Ia juga terlibat dalam pengarsipan film partisipatif warga. Dari 2019, bersama sutradara Yoshio Yasui, ia mengarahkan Kobe Planet menjadi organisasi non-profit untuk penelitian, kajian dan membuka akses pada koleksi arsip.
Benshi performer/storyteller: Kumiko Omori aktif di berbagi festival film di dalam dan di luar Jepang, juga dalam pemutaran film bisu dan variety theaters. Pada 2019, ia tampil di pertunjukan "The Art of the Benshi” di Los Angeles, AS, di mana ia mendapatkan tepuk tangan kehormatan (standing ovation). Ia juga bekerja sebagai di bidang media dan sebagai narator. Pertunjukan Kumiko dikenal karena karakternya yang sangat beragam, dari pria paruh baya sampai gadis kecil yang polos.
Pianis: Haruka Amamiya Haruka Amamiya adalah salah satu dari segelintir pianis film bisu yang berasal dari Kobe, tempat pengambilan gambar film "The Golden Bullet”. Ia aktif ambil bagian di berbagai festival film dan acara pemutaran. Gaya improvisasinya sangat dikenal karena mampu mengimbangi berbagai genre, dari komedi sampai drama serius.
活動写真弁士:大森くみこ 国内外の映画祭、無声映画上映会、寄席等に出演。2019年にはロサンゼルスで行われた「The Art of the Benshi」にて活弁を行い、スタンディングオベーションの喝采を博す。TV・ラジオパーソナリティー、ナレーターとしても活躍。おじさんから可憐な少女まで幅広いキャラクターづくりが持ち味。
Black Silk with Chalida Uabumrungjit (R.D. Pestonji, 1961, 119 minutes)
The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles. Recorded on 1 August 2021.
Chalida Uabumrungjit is currently the Director of Thai Film Archive (Public Organization) and the Vice President of International Federation of Film Archives.
Chalida Uabumrungjit adalah Direktur Thai Film Archive (Public Organization) dan Wakil Presiden International Federation of Film Archives (FIAF).
Double Layered Town / Making a Song to Replace Our Positions (Komori Haruka + Seo Natsumi, 2019, 79 minutes)
The Q&A will be in Japanese with English, Japanese and Thai subtitles. Recorded on 22 July 2021.
Haruka Komori + Natsumi Seo has been working as an art unit composed of videographer Komori and painter/writer Seo. They started their collaboration in response to the Great East Japan Earthquake. In 2012, they moved to Rikuzentakata in Iwate prefecture and have been working with the theme of documenting the local people’s narratives, daily lives and scenery of the area. In 2015 they established the organization NOOK with others active in Tohoku, in order to hand over the memories and documentations through art expressions.
Haruka Komori + Natsumi Seo bekerja dalam kelompok kesenian yang terdiri dari juru video Komori dan pelukis/penulis Seo. Mereka mulai berkolaborasi menanggapi Gempa Besar Jepang Timur. Pada tahun 2012, mereka pindah ke Rikuzentakata di Prefektur Iwate dan bekerja dengan topik dokumentasi naratif penduduk setempat, keseharian dan pemandangannya. Pada tahun 2015, mereka mendirikan organisasi NOOK bersama pekerja lainnya di Tohoku untuk menyampaikan ingatan dan dokumentasi melalui ekspresi seni.
AFTER THE CURFEW with Intan Paramaditha (After the Curfew,Usmar Ismail, 1954)
The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles. Recorded on 17 June 2021.
Intan Paramaditha is an Indonesian writer and lecturer in media and film studies at Macquarie University, Sydney. Her scholarly articles have appeared in journals such as Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, and Inter-Asia Cultural Studies. She is part of the Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC).
Intan Paramaditha adalah penulis dan pengajar studi media dan film asal Indonesia di Macquarie University, Sydney. Artikel ilmiahnya terbit di berbagai jurnal seperti Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, dan Inter-Asia Cultural Studies. Ia adalah bagian dari the Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC).
Intan Paramaditha เป้นนักเขียนชาวอินโดนีเซียและอาจารย์ด้านสื่อและภาพยนตร์ศึกษาที่มหาวิทยาลัย Macquarie ซิดนีย์ บทความวิชาการของเธอเคยตีพิมพ์ในวารสารชื่อดัง อย่าง Visual Anthropology, Film Quarterly, Asian Cinema, Jump Cut, Social Identities, และ Inter-Asia Cultural Studies เธอยังเป็นสมาชิกของ Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC)
インタン・パラマディータ:シドニーのマッコーリー大学でメディアと映画の研究を行っており、「Visual Anthropology」、「Film Quarterly」、「Asian Cinema」、「Jump Cut」、「Social Identities」、「Inter-Asia Cultural Studies」などで執筆するほか、東南アジア映画協議会(ASEACC)の会員も務める。
MANTA RAY with Phuttiphong Aroonpheng (2018, fiction, 108 minutes)
The Q&A will be in Thai with English, Japanese and Indonesian subtitles. Recorded on 20 May 2021.
Phuttiphong Aroonpheng studied fine arts at Bangkok’s Silpakorn University. His short films have screened in festivals including Busan, Rotterdam, Hamburg and Singapore. His latest short, FERRIS WHEEL, screened in over 20 festivals and received 10 awards. He participated in 2009 Asian Film Academy at Busan, and was also selected one of Asian Public Intellectuals fellows by the Nippon Foundation. He also works extensively as cinematographer, with credits including VANISHING POINT (dir. Jakrawal Nilthamrong), THE ISLAND FUNERAL (dir. Pimpaka Towira) and DOLPHINS (dir. Waleed Al-Shehhi). MANTA RAY is his debut feature film.
Phuttiphong Aroonpheng belajar seni rupa di Universitas Silpakorn, Bangkok. Film-film pendeknya telah berkeliling ke berbagai festival seperti di Busan, Rotterdam, Hamburg dan Singapura. Film pendeknya yang terakhir, FERRIS WHEEL, diputar di lebih dari 20 festival dan memenangkan 10 penghargaan. Ia mengikuti Asian Film Academy 2009 di Busan, dan terpilih sebagai salah satu Asian Public Intellectuals Fellows Nippon Foundation. Ia juga banyak bekerja sebagai penata kamera, antara lain dalam karya VANISHING POINT (sutradara: Jakrawal Nilthamrong), THE ISLAND FUNERAL (sutradara Pimpaka Towira) dan DOLPHINS (sutradara Waleed Al-Shehhi). MANTA RAY adalah karya film panjang perdananya.
พุทธิพงษ์ อรุณเพ็ง จบการศึกษาจากคณะวิจิตรศิลป์ มหาวิทยาลัยศิลปากร ผลงานหนังสั้นของเขาได้รับการจัดฉายในหลายเทศกาลรวมถึง เทศกาลใหญ่ๆ อย่างบูซาน รอตเตอร์ดาม ฮัมบอว์ก และ สิงคโปร์ ภาพยนตร์สั้นล่าสุดของเขา ชิงช้าสวรรค์ (FERRIS WHEEL) จัดฉายในกว่า 20 เทศกาล และได้รับ 10 รางวัล เขาเข้าร่วมโครงการ Asian Film Academy ของบูซาน ในปี 2552 และได้รับทุนปัญญาชนสารธารณะแห่งเอเชีย โดยมูลนิธินิปปอน เขายังรับหน้าที่เป็นผู้กำกับภาพยนตร์ให้กับ ภาพยนตร์อย่าง VANISHING POINT (กำกับโดยจักรวาล นิลธำรงค์) มหาสมุทรและสุสาน (THE ISALAND FUNERAL) (กำกับโดยพิมพกา โตวิระ) และ DOLPHINS (กำกับโดย Waleed Al-Shehhi) กระเบนราหู เป็นผลงานภาพยนตร์ยาวเรื่องแรกของเขา
プッティポン・アルーンペン バンコクのシラパコーン大学で美術を学ぶ。監督した短篇映画は、釜山、ロッテルダム、ハンブルグ、シンガポールなどの映画祭で上映され、最新の短篇映画『観覧車(FERRIS WHEEL)』は20以上の映画祭で上映、数々の賞を受賞している。『マンタレイ』が初の長編監督作品。これまで、2009年の釜山国際映画祭で開催されたアジアン・フィルム・アカデミーに参加したほか、日本財団のアジア・フェローシップ(APIフェローシップ)に選出されている。撮影監督としても活躍しており、作品に『消失点( Vanishing Point)』 (ジャッカワーン・ニンタムロン監督)、『孤島の葬列(The Island Funeral)』(ピムパカー・トーウィラ監督)、『DOLPHINS 』(ワリード・アル・シェヒ監督)などがある。
Virtual Film Screening & Talk Series, 23 September 2021
Suitable for audience 13 years of age and above Untuk 13 tahun ke atas เหมาะสมสำหรับผู้ชมอายุ 13 ปีขึ้นไป ※対象年齢:13歳以上
The Golden Bullet / Ogon no dangan (Hiroshi Innami, 1927, 79 minutes, 16fps) [Incomplete, tinted version] [Restored version]
Japanese with Indonesian, Thai and English subtitles Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น. 日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)
Virtual Film Screening accompanied by benshi performer Kumiko Omori and pianist Haruka Amamiya, followed by a talk with Noriko Tanaka (Manager, Kobe Planet Film Archive)
Noriko Tanaka: Born in Osaka, after working as a film festival programmer and film projectionist, Noriko Tanaka became the founding manager of Kobe Planet Film Archive in 2007. As well as programming for Planet's theater, she works as a member of the Kobe Film Archive Organizing Committee and runs the Kobe Discovery Film Festival. She is also involved in resident-participation style film archiving. From 2019, together with director Yoshio Yasui, she guided Planet to becoming a non-profit organisation to research, study and give access to the archival collection.
Benshi performer: Kumiko Omori is active in film festivals both inside and outside of Japan, as well as silent film screenings and variety theatres. In 2019 she performed at "The Art of the Benshi" held in Los Angeles, where she received a standing ovation. She also works as a media personality and a narrator. Her performance has a reputation for a wide range of characters from a middle aged man to a pure young girl.
Pianist: Haruka Amamiya As one of only a few silent film pianists in Japan, Haruka Amamiya, originally from and trained in Kobe where "The Golden Bullet" was shot, is actively taking part in film festivals and screenings. Her improvisation style is highly renowned for a wide range of genres from comedy to serious drama.
Tentang Noriko Tanaka: Lahir di Osaka, setelah bekerja sebagai programmer festival film dan projectionist, Noriko Tanaka menjadi manajer pendiri arsip film Kobe Planet pada 2007. Sembari membuat program untuk bioskop Kobe Planet, ia bekerja sebagai anggota Komite Pengelola Kobe Film Archive dan mengadakan Kobe Discovery Film Festival. Ia juga terlibat dalam pengarsipan film partisipatif warga. Dari 2019, bersama sutradara Yoshio Yasui, ia mengarahkan Kobe Planet menjadi organisasi non-profit untuk penelitian, kajian dan membuka akses pada koleksi arsip.
Benshi performer/storyteller: Kumiko Omori aktif di berbagi festival film di dalam dan di luar Jepang, juga dalam pemutaran film bisu dan variety theaters. Pada 2019, ia tampil di pertunjukan "The Art of the Benshi” di Los Angeles, AS, di mana ia mendapatkan tepuk tangan kehormatan (standing ovation). Ia juga bekerja sebagai di bidang media dan sebagai narator. Pertunjukan Kumiko dikenal karena karakternya yang sangat beragam, dari pria paruh baya sampai gadis kecil yang polos.
Pianis: Haruka Amamiya Haruka Amamiya adalah salah satu dari segelintir pianis film bisu yang berasal dari Kobe, tempat pengambilan gambar film "The Golden Bullet”. Ia aktif ambil bagian di berbagai festival film dan acara pemutaran. Gaya improvisasinya sangat dikenal karena mampu mengimbangi berbagai genre, dari komedi sampai drama serius.
活動写真弁士:大森くみこ 国内外の映画祭、無声映画上映会、寄席等に出演。2019年にはロサンゼルスで行われた「The Art of the Benshi」にて活弁を行い、スタンディングオベーションの喝采を博す。TV・ラジオパーソナリティー、ナレーターとしても活躍。おじさんから可憐な少女まで幅広いキャラクターづくりが持ち味。
Japanese with Indonesian, Thai and English translations Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น. 日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)
Accessible to audience based in all regions Dapat diakses oleh peserta dari semua wilayah การบรรยายเป็นภาษาอินโดนีเซีย และมีล่ามแปลภาษาอังกฤษ, ญี่ปุ่น และ ไทย เข้าชมได้โดยผู้ชมทุกพื้นที่ ※レクチャーは国の制限なく、どこからでも参加可能です。
Online Lecture, 30 September 2021
[Lecture Japanese Silent Film] Benshi and the culture of live narration for visual arts in Asia by Ichiro Kataoka
30 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan 30 September 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan วันที่ 30 กันยายน 2564 เวลา 19.00 น. กรุงเทพ/จาการ์ตา l 21.00 น. โตเกียว/ญี่ปุ่น 2021年9月30日 日本時間21:00(バンコク/ジャカルタ19:00)
(Film Bisu Jepang) ”Benshi and the culture of live narration for visual arts in Asia”, ceramah daring oleh benshi/katsuben performer/storyteller Ichiro Kataoka
การบรรยาย เรื่อง Benshi and the Culture of Live Narration for Visual Arts in Asia โดย Ichiro Kataoka
レクチャー:アジア文化における視覚芸術説明文化の考察
Ichiro Kataoka: Since becoming an apprentice of Sawato Midori in 2002, Kataoka has performed for about 350 titles in 18 different countries. He starred in "Spring Snow'' (2005) directed by Yukisada Isao and NHK's historical TV drama "Idaten" (2019). For "Katsuben!" (2019) directed by Masayuki Suo, which featured the silent cinema era in Japan, he not only played the role but trained other actors and provided historical background for accuracy. In 2020, he published a book "History of Katsuben". He has also discovered lost films such as "Chushingura" (1910) and "Our Pet" (1924).
Ichiro Kataoka Sejak menjadi murid Sawato Midori pada 2002, Kataoka sudah tampil mempertunjukkan 350 judul film di 18 negara. Ia membintangi ”Spring Snow” (2005) karya sutradara Yukisada Isao dan drama televisi NHK "Idaten" (2019). Untuk film "Katsuben!" (2019) karya sutradara Masayuki Suo yang menampilkan era film bisu di Jepang, ia tidak hanya memainkan peranan tapi juga melatih para aktor lain serta memberikan pengetahuan latar sejarah demi akurasi penggambaran dalam film inni. Pada 2020, ia menerbitkan buku "History of Katsuben”. Ia juga menemukan film-film yang dianggap sudah hilang, seperti "Chushingura" (1910) dan "Our Pet" (1924).
The lecture will be in Japanese with Indonesian, Thai and English translations Ceramah berlangsung dalam bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai การบรรยายจะเป็นภาษาญี่ปุ่น โดยมีการแปลเป็นอังกฤษ อินโดนีเซีย และ ไทย 上映後のトーク及びレクチャーは日本語で行い、インドネシア語、タイ語、英語の通訳が付きます。
Film Synopsis / Sinopsis / เรื่องย่อ / あらすじ
The Golden Bullet / Ogon no dangan
After the Great Kanto Earthquake of 1923, film studios newly built in Osaka and Kobe actively produced modern dramas with a fashionable urban style. Although very few films from that period have survived, "Golden Bullet'', a detective action film produced in the golden age of silent cinema by Toa Kinema Koyoen studio, is one of the rare exceptions. You can enjoy the scenery of Kobe at the end of the Taisho-era, such as the car chase in the old settlement and the final scene shot at the port. The original tinted nitrate film (the 5th reel of a total 7 reels is missing) was stored at Kobe Planet Film Archive and restored by NFC (now NFAJ) in 2003.
Setelah Gempa Besar Kanto tahun 1923, studio film yang baru dibangun di Osaka dan Kobe sangat aktif membuat drama modern dengan gaya urban yang sangat digemari. Film-film dari periode ini hanya sedikit sekali yang masih tersisa, dan sebuah film aksi detektif buatan Toa Kinema Koyoen di masa keemasan film bisu berjudul ”Golden Bullet” ini adalah perkecualian yang langka. Kita dapat menikmati pemandangan kota Kobe pada akhir era Taisho, seperti dalam adegan kejar-kejaran mobil di kota tua dan adegan penutup di pelabuhan. Kopi film antik dengan bahan nitrat dengan pewarnaan celup (tint) ini tidak lengkap, reel 5 dari keseluruhan 7 reel sudah hilang dan kini tersimpan di Kobe Planet Film Archive dan direstorasi oleh NFC (sekarang NFAJ) pada tahun 2003.
Kolektif Asia is a platform of mutual learning through film screenings and talk series with the audience in three countries (Indonesia, Japan and Thailand). This platform is realised through the use of internet-based virtual cinema and discussion space.
You can access all Kolektif Asia Talks and Lecture from April - November 2021 with English, Indonesian, Thai and Japanese subtitles.
Talk
INDONESIAN CONTEMPORARY SHORT with Lucky Kuswandi (The Fox Exploits the Tiger's Might, 2015)
The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles.
INDONESIAN CONTEMPORARY SHORT with Lucky Kuswandi (The Fox Exploits the Tiger's Might, 2015)
The Q&A will be in Indonesian with English, Japanese and Thai subtitles. Recorded on 22 April 2021.
He started his Indonesian filmmaking career in 2006. In 2010 he directed his first full-length film MADAME X. He is currently finishing his new film ALI & RATU RATU QUEENS, to be released in 2021.
Karirnya sebagai pembuat film profesional dimulai tahun 2006. Pada 2010 ia menyutradarai film panjang pertamanya MADAME X. Saat ini ia sedang menyelesaikan film barunya ALI & RATU RATU QUEENS yang akan beredar tahun 2021.
Lucky Kuswandi เริ่มอาชีพการสร้างภาพยนตร์อินโดนีเซียในปี 2549 ในปี 2553 เขากำกับภาพยนตร์เรื่องยาวเรื่องแรกเรื่อง MADAME X ขณะนี้ เขากำลังถ่ายภาพยนตร์เรื่องใหม่เรื่อง ALI & RATU RATU QUEENS ที่จะออกฉายปี 2564
ルッキー・クスワンディ2006年よりインドネシアで映画製作を開始。2010年に、初の長編作品『MADAME X』を監督。現在、2021年に公開予定の最新作『ALI & RATU RATU QUEENS』の完成に向けて製作中。
Virtual Film Screening & Talk Series, 19 August 2021
Suitable for audience 13 years of age and above Untuk 13 tahun ke atas เหมาะสมสำหรับผู้ชมอายุ 13 ปีขึ้นไป ※対象年齢:13歳以上
Black Silk (R.D. Pestonji, 1961, 119 minutes) [Digitally Restored Version]
Thai with English, Indonesian and Japanese subtitles Bahasa Thai dengan subtitel Bahasa Indonesia, Jepang dan Inggris คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น. 日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)
The session will be accompanied by a Q&A with Chalida Uabumrungjit (the Director of Thai Film Archive (Public Organization)
Chalida Uabumrungjit is currently the Director of Thai Film Archive (Public Organization) and the Vice President of International Federation of Film Archives.
Chalida Uabumrungjit adalah Direktur Thai Film Archive (Public Organization) dan Wakil Presiden International Federation of Film Archives (FIAF).
Thai with English, Indonesian and Japanese subtitles Bahasa Thai dengan subtitel Bahasa Indonesia, Jepang dan Inggris รับชมได้เฉพาะผู้ชมในประเทศอินโดนีเซีย, ญี่ปุ่น และ ไทย タイ語(英語、インドネシア語、日本語字幕付き)
Accessible to audience based in all regions Dapat diakses oleh peserta dari semua wilayah การบรรยายเป็นภาษาอินโดนีเซีย และมีล่ามแปลภาษาอังกฤษ, ญี่ปุ่น และ ไทย เข้าชมได้โดยผู้ชมทุกพื้นที่ ※レクチャーは国の制限なく、どこからでも参加可能です。
Online Lecture, 26 August 2021
"From "Thainess" to "International standard" by R.D. Pestonji" a lecture by Putthapong Cheamrattonyu (Programmer from the Thai Film Archive (Public Organization)
26 August 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan 26 Agustus 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo 26 สิงหาคม 2564 เวลา 19.00 น. กรุงเทพ/จาการ์ตา l 21.00 น. โตเกียว/ญี่ปุ่น 2021年8月26日 日本時間21:00(バンコク/ジャカルタ19:00)
Ceramah "From "Thainess" to "International standard" oleh Putthapong Cheamrattonyu (Programmer Thai Film Archive (Public Organization)
The lecture will be in Thai with Indonesian, Japanese and English translations Ceramah berlangsung dalam bahasa Thai dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Jepang การบรรยายจะเป็นภาษาไทย โดยมีการแปลเป็นอังกฤษ อินโดนีเซีย และ ญี่ปุ่น 上映後のトーク及びレクチャーはインドネシア語で行い、英語、日本語、タイ語の通訳が付きます。トークとレクチャーは国の制限なく、どこからでも参加可能です。
Film Synopsis / Sinopsis / เรื่องย่อ / あらすじ
Black Silk
After the death of her husband, Prae, a widow with a young child, mourns her loss by wearing nothing but black and seeking solace in the sermon of a local abbot. But Prae’s life takes a dark turn when she meets Tom, a nightclub guard and henchman of the owner. Soon she finds herself entangled in a web of deception and blackmail involving insurance scam and identity theft, with her own survival and that of her child at stake. The film was selected to be in the competition at Berlin International Film Festival in 1961. The restoration has been completed in 2020 by Thai Film Archive and was selected into Cannes Classics.
Setelah kematian suaminya, Prae, seorang janda dengan anak yang masih kecil, berkabung dengan selalu mengenakan warna hitam dan mencari ketenteraman dari khotbah pendeta setempat. Kehidupan Prae beralih kelam ketika ia bertemu Tom, penjaga kelab malam dan tukang pukul si pemilik. Ia lantas mendapatkan dirinya terjebak dalam muslihat dan pemerasan yang melibatkan penipuan asuransi dan pencurian identitas yang mengancam kelangsungan hidupnya dan juga anaknya. Film ini terpilih dalam seksi Kompetisi Berlin International Film Festival 1961. Restorasi diselesaikan pada tahun 2020 oleh Thai Film Archive dan hasilnya terpilih sebagai program seksi Cannes Classics.
Virtual Film Screening & Talk Series, 22 July 2021
Suitable for audience 13 years of age and above Untuk 13 tahun ke atas เหมาะสมสำหรับผู้ชมอายุ 13 ปีขึ้นไป ※対象年齢:13歳以上
Double Layered Town / Making a Song to Replace Our Positions (Komori Haruka + Seo Natsumi, 2019, 79 minutes)
Japanese with Indonesian, Thai and English subtitles Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น. 日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)
The session will be accompanied by a talk accompanied by a talk with Haruka Komori + Natsumi Seo (Directors)
Haruka Komori + Natsumi Seo has been working as an art unit composed of videographer Komori and painter/writer Seo. They started their collaboration in response to the Great East Japan Earthquake. In 2012, they moved to Rikuzentakata in Iwate prefecture and have been working with the theme of documenting the local people’s narratives, daily lives and scenery of the area. In 2015 they established the organization NOOK with others active in Tohoku, in order to hand over the memories and documentations through art expressions.
Haruka Komori + Natsumi Seo bekerja dalam kelompok kesenian yang terdiri dari juru video Komori dan pelukis/penulis Seo. Mereka mulai berkolaborasi menanggapi Gempa Besar Jepang Timur. Pada tahun 2012, mereka pindah ke Rikuzentakata di Prefektur Iwate dan bekerja dengan topik dokumentasi naratif penduduk setempat, keseharian dan pemandangannya. Pada tahun 2015, mereka mendirikan organisasi NOOK bersama pekerja lainnya di Tohoku untuk menyampaikan ingatan dan dokumentasi melalui ekspresi seni.
Japanese with Indonesian, Thai and English translations Bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai คำบรรยายภาษาอังกฤษ ไทย ญี่ปุ่น. 日本語(英語、タイ語、インドネシア語字幕付き)
Accessible to audience based in all regions Dapat diakses oleh peserta dari semua wilayah การบรรยายเป็นภาษาอินโดนีเซีย และมีล่ามแปลภาษาอังกฤษ, ญี่ปุ่น และ ไทย เข้าชมได้โดยผู้ชมทุกพื้นที่ ※レクチャーは国の制限なく、どこからでも参加可能です。
Online Lecture, 29 July 2021
Image and Media - Archiving Disaster, a lecture by Junko Takamori (Social Psychologist/ Group for Continuous Documentation of the Great Hanshin Earthquake)
29 July 2021, 19.00 Bangkok/Jakarta | 21.00 Tokyo/Japan
Citra dan Media - Pengarsipan Bencana, ceramah oleh Junko Takamori (Psikolog Sosial / Group for Continuous Documentation of the Great Hanshin Earthquake)
การบรรยายเชิงวิชาการเรื่อง Image and Media - Archiving Disaster โดย Junko Takamori (นักจิตวิทยาสังคม / กลุ่มเพื่อการบันทึกเรื่องราวของแผ่นดินไหวครั้งใหญ่ที่ Hanshin
Junko Takamori was born in 1984 in Kobe, Japan. She is a social phycologist, assistant professor of Aichi Shukutoku University. Her main research interest is Group Dynamics. Since 2010, she is a director of the Group for Continuous Documentation of the Great Hanshin Earthquake, a group that edits and creates the memoranda of the Great Hanshin-Awaji Earthquake . In 2014, she received Iue Culture Prize (Press & Publishing Section). From 2011 to 2014, she was in charge of the collecting, archiving and exhibiting the materials of the disaster at The Great Hanshin-Awaji Earthquake Memorial Disaster Reduction and Human Renovation Institution. She has been researching through action research method on how to create the space for sharing the experience of the disasters.
Junko Takamori lahir tahun 1984 di Kobe, Jepang. Ia adalah psikolog sosial, asisten profesor di Universitas Aichi Shukutoku. Minat penelitiannya adalah Dinamika Kelompok. Sejak 2010, ia menjadi direktur Kelompok Dokumentasi Berkelanjutan Gempa Besar Hanshin, suatu kelompok yang menyunting dan membuat peringatan peristiwa Gempa Besar Hanshin-Awaji. Pada 2014, ia menerima Iue Culture Prize (bagian Pers & Penerbitan). Tahun 2011-2014, ia mengelola pengumpulan, pengarsipan dan pameran bahan-bahan tentang bencana di The Great Hanshin-Awaji Earthquake Memorial Disaster Reduction and Human Renovation Institution. Ia melakukan penelitian dengan metode penelitian aksi tentang cara menciptakan ruang berbagi pengalaman bencana.
The lecture will be in Japanese with Indonesian, Thai and English translations Ceramah berlangsung dalam bahasa Jepang dengan subtitel Indonesia, Inggris dan Thai การบรรยายจะเป็นภาษาญี่ปุ่น โดยมีการแปลเป็นอังกฤษ อินโดนีเซีย และ ไทย 上映後のトーク及びレクチャーは日本語で行い、インドネシア語、タイ語、英語の通訳が付きます。
Film Synopsis / Sinopsis / เรื่องย่อ / あらすじ
Double Layered Town / Making a Song to Replace Our Positions
Four young people visits Rikuzentakata, in Tohoku, Japan. They come from places far away and they don’t know about the town which has washed away by the Great East Japan Earthquake and Tsunami in 2011. They don’t know the new town which was made after the reconstruction. They listen to the people’s personal voices in the area, and continues to have communication with them. And, they read the story “Double Layered Town.”
Empat orang muda mengunjungi Rikuzentakata di Tohoku, Jepang. Mereka datang dari tempat yang jauh, tanpa mengenal kota yang sudah tersapu oleh Gempa Besar Jepang Timur dan Tsunami tahun 2011. Mereka juga tak mengenal kota baru yang dibangun melalui rekonstruksi pasca bencana. Mereka mendengarkan suara-suara personal dari penduduk setempat dan menjaga komunikasi dengan mereka. Mereka juga membaca cerita "Double Layered Town" (Kota Berlapis Dua).